PDM Kabupaten Bantul - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Bantul
.: Home > Artikel

Homepage

Khutbah Idul Adha 1439 H: CINTAILAH ALLAH DAN SAYANGI SESAMA

.: Home > Artikel > PDM
21 Agustus 2018 22:32 WIB
Dibaca: 1997
Penulis : H. Muhammad Jamaludin Ahmad, Psi.

 

 

بســـــم الله الرحمن الرحيم


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


اَلْحَمْدُ للهِ الْوَحِدِ الْقَهَّارْ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاةِ وَالاَرْض وَخَلَقَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرْ.
اَشْهَدُ اَنْ لا اِلَهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْـمُخْتَارْ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الاخْيَار فَيَااَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُ ا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

 

 

Hadirin kaum muslimin dan muslimat yang dicintai Allah Swt.

 

Hari ini di pagi yang cerah ini 10 Dzulhijah 1439 H, kita berkumpul bersama di lapangan Srihardono Pundong Bantul semata-mata ingin memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat bagi kita semua, termasuk nikmat dapat bertemu kembali dengan Idul Qurban. Sengaja kita datang untuk menundukkan kepala , sekaligus dengan penuh rasa ikhlas, kita sungkurkan wajah dan kepala kita rata dengan tanah untuk sujud kepada Allah Tuhan Yang Maha Pemurah. Awal kejadian manusia dicipta oleh Allah berasal dari tanah, dan ketika nyawa manusia berpisah dari raga, maka raga kita akan kembali ke tanah. Bukankah Allah SWT menyuruh kita rukuk dan sujud menimal lima kali sehari? Bukankah hal ini berarti, kita diingatkan oleh Allah agar kita selalu menyadari asal kejadian dan akhir kehidupan kita. Alangkah lemah dan rapuhnya kita manusia, karena yang Maha Hebat dan Maha Kuat hanya Allah SWT. Setinggi apapun pangkat dan jabatan kita, sebanyak apapun harta yang kita miliki, tidak ada secuilpun hak kita untuk menyombongkan diri dihadapan manusia apalagi dihadapan Allah karena kita dicipta oleh Allah dari asal kejadian yang sama.

 

Pada hari ini untuk sementara waktu kita tinggalkan identitas dan atribut keduniaan, kita ganti dengan identitas yang dikaruniakan Allah SWT kepada kita yaitu "Sebagai manusia beriman". Tiada beda antara si kaya dengan si miskin, berpangkat atau bawahan, pengusaha atau karyawan, sipil maupun militer, sama-sama kita duduk dan sama-sama pula kita berdiri menghadapkan diri hanya kepada Allah SWT semata. Seperti inilah gambaran kehidupan yang akan kita jalani di yaumil hisab kelak. Segalanya sama dihadapan Allah SWT dan yang membedakan hanyalah nilai / kualitas taqwa dan perbuatan kita.


Kalau bukan kualitas taqwa yang kita kejar maka kita akan menjadikan harta, pangkat, jabatan, anak, istri, rumah dan mobil mewah sebagai ukuran kemulyaan. Kasus yang menimpa para pejabat tinggai negara, dan kasus yang melilit para anggota dewan serta lebih dari 200 kasus korupsi para bupati dan walikota, gubernur dan wakil gubernur merupakan contoh buruk ketika manusia tergoda dan tergelincir oleh harta dan kemewahan dunia. Mereka mengira dengan harta yang banyak, mobil yang mewah dan rumah yang megah akan memperoleh kemulyaan dan kesejahteraan hidup.Namun sayang yang mereka peroleh malah kehinaan dan kesengsaraan. Kasihan anak-anak dan istri mereka. Lalu apakah ukuran kemulyaan dan nilai kita sebagai manusia?

 

Mari kita kaji ulang ukuran kemulyaan dan seberapa besarkah nilai kita sebagai manusia? Apakah kita bernilai karena dagingnya, kulitnya atau bulunya? Kalau daging, kulit dan bulu yang menjadi ukuran, jelaslah bahwa sapi, kerbau, dan kambing serta ayam akan lebih bernilai dibandingkan kita sebagai manusia. 


Jadi dimanakah sebenarnya nilai manusia itu? Dagingnya tidak dapat dimakan, tulangnya tidak dapat dijual, kulitnya pun tidak dapat dibuat sepatu apalagi bulunya. Kalau bulu ayam masih dapat dibuat berbagai kerajinan yang berharga, maka bulu manusia bila lepas dari tubuh maka orang jijik melihatnya. Bahkan sekiranya ada orang yang menenteng paha manusia ke pasar untuk di jual, pasti pembawanya akan ditangkap polisi untuk ditahan dan diadili, atau kemungkinan kedua, pembawanya ditangkap dan dimasukan ke rumah sakit jiwa Pakem.

 

Rasullulah SAW menjawab berbagai pertanyaan tentang nilai manusi dengan singkat dan padat, Beliau bersabda:


قِيْمَةٌ كُلِّ مِرْئٍ مَا يُحْسِنُهُ


Artinya:
"Nilai tiap manusia terletak pada amal kebajikan yang pernah dilakukannya".


Al Quran menegaskan sebaik-baik manusia disisi Allah adalah manusia yang paling bertaqwa.Betapa luhur nilai manusia apabila berahlak mulia, dan betapa rendah dan hinanya manusia apabila tiada bermoral.

 

Disinilah letaknya tujuan strategis ibadah qurban yaitu membentuk pribadi taqwa, yaitu pribadi yang mampu mengendalikan diri dari kecendrungan-kecendrungan dan prilaku negatif yang akan menurunkan nilai dan citra dirinya dimata Allah SWT.

 

Allahu Akbar 3 x Kabira

 

Jamaah sholat Idul Adha Rahimakumullah.

Tujuan utama Idul Adha adalah membentuk pribadi taqwa.

Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Haj: 37


لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلاَ دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

 

Artinya:
"Daging-daging hewan kurban dan darahnya itu, sekali-kali tidak dapat mencapai keridhoan Allah, tetapi ketaqwaan kamulah yang dapat mencapainya"

 

Firman Allah ini menegaskan kepada kita bahwa "Taqwa" harus melandasi segala perilaku dan aktifitas hidup kita. Dengan "Taqwa" manusia akan menjadi kuat, yaitu kuat dalam menghadapi godaan dan persoalan hidup. Tanpa nilai Taqwa, manusia akan menjadi lemah, yaitu manusia yang akan selalu dikalahkan oleh godaan dan kesulitan hidup.

 

Selain memiliki tujuan utama membentuk pribadi "Muttaqin" dan melahirkan hikmah pentingnya nilai taqwa dalam kehidupan kita, Idul Adha juga membawa pesan dan mendatangkan hikmah sebagai berikut:

 

1.     Untuk membuktikan kecintaan kita kepada Allah dan Muhammad (Rasul-Nya) melebihi segala macam cinta dalam hidup ini.

Disadari atau tidak kita sering menomor duakan Allah. Bahkan tidak hanya menomor duakan Allah tapi memposisikan Allah pada nomor urut terakhir. Yang nomor satu adalah harta, uang, dan jabatannya, partai politiknya dan sebagainya. Oleh karena itu Allah mengingatkan kita "katakanlah, sekiranya bapak-bapakmu (Bos, komandan, atasanmu, Qiyadahmu) anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaanmu yang kamu khawatirkan kerugiannya, rumah tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasulnya dan dari berjuang dijalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik ". (QS At-taubah :244)

 

Islam tidak melarang kita mencintai apa yang ada didunia, bahkan Islam memerintahkan kepada pemeluknya untuk mencintai apa yang ada di dunia dan menggunakannya untuk berjuang di jalan Allah Swt. Yang dilarang oleh Allah adalah cinta kepada dunia lebih dari cinta kepada Allah, dan Rasulnya. Dan yang juga dilarang oleh Allah adalah kita memiliki dan bersungguh-sungguh pada harta, uang, kekayaan, pangkat dan kedudukan, tapi tidak pernah bersungguh-sungguh dalam urusan memperjuangkan agama dan beribadah kepada Allah.

 

Bagi saudaraku para aktivis partai, tahun 2019 adalah tahun politik, waspadalah jangan sampai karena terlalu percaya pada partai dan pimpinannya, kemudian anda kehilangan sikap kritis dan menganggap semua kebijakan partai pasti benar, Orang yang tidak ikut mendukung partai kita dinilai tidak Islami. Bila memenuhi panggilan partai, jam berapapun semangat, namun bila dipanggil Allah untuk sholat jamaah di masjid khususnya sholat (subuh) kita bermalas-malasan. Pesan yang sama juga saya sampaikan pada para aktifis ormas,LSM, kelompok2 agama apapun namanya entah Muhammadiyah, NU, Salafy,HTI,MTA,PKS,Jamaah Tablig dsb. Jangan sampai kita menuhankan kelompok kelompok kita bahkan menjadi pengikut yang membabi buta.

 

Nabi Ibrahim alaihis salam dan istrinya Hajar, diuji cintanya kepada Allah, dengan perintah mengorbankan Ismail, putranya yang sangat dicintai. Kita umat islam, juga dituntut oleh Allah untuk membuktikan cinta kepada-Nya. Salah satu bentuk ujian cinta kepada Allah bukan dengan mengorbankan anak dan orang yang kita cintai, akan tetapi dengan menyisihkan sebagian harta yang kita miliki untuk dibelikan hewan qurban dan sekaligus memberikan hewan qurban itu kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan.

 

Bagi kita yang sebenarnya mampu berqurban tapi berpura-pura tidak mampu atau enggan melaksanakannya, saya mengajak kita semuanya untuk merenungkan beberapa pertanyaan berikut:

 

a. Apakah benar kita belum mampu melaksanakan ibadah qurban?

b. Mengapa kita tidak mampu membeli hewan qurban (kambing misalnya) yang harganya kurang lebih antara Rp 2 juta hingga RP 3 juta tapi kita mampu mengeluarkan uang untuk membeli rokok yang rata-rata perbulannya Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu. Kalau perbulannya kurang lebih 400 ribu, maka 400 ribu kali dua belas bulan, berarti kita mampu mengeluarkan uang Rp 4.800.000,- untuk dibakar sia-sia. Mendatangkan penyakit dan membuat kita cepat menjemput kematian. Tapi mengapa kita menjadi tidak mampu mengeluarkan uang kurang lebih 2.juta s/d 3 juta rupiah pertahunnya, padahal uang tersebut akan menjadi salah satu bukti cinta kita kepada Allah dan menyebabkan kita masuk surga serta memperoleh ridloNya .

c. Benarkah kita mencintai Allah, lebih dari yang lainnya? Tidakkah dalam kenyataannya kita lebih mencintai sebatang rokok (dan barang-barang sepele lainnya) dibanding cinta kita kepada Allah Tuhan yang Maha Kuasa Pencipta Alam Semesta.

d. Apakah kita baru bersungguh-sungguh mencintai Allah pada saat pangkat dan jabatan kita tidak bersinar lagi alias pensiun? Atau kita baru bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah pada saat usaha kita sudah bangkrut, atau ketika tubuh kita sudah rapuh , tertatih-tatih ketika berjalan dan sakit-sakitan serta tidak ada lagi yang dapat dibanggakan?

e. Oleh karena itu wahai saudaraku, marilah kita sadar, menangislah dihadapan Allah, mohon ampun dan bertaubat kepadaNya, karena dalam kenyataannya kita jarang atau kurang serius / bersungguh-sungguh mencintai Allah dan Rosulullah. Ternyata Allah sering kita kalahkan dan kita singkirkan dalam kehidupan kita, dan kita lebih mementingkan sebatang rokok, sekeping VCD, secuil hobby, seonggok kursi dewan dan segenggam kekuasaan & kepentingan partai.

 

2.    Ibadah Adha / Qurban, mengajarkan kepada kita pentingnya kepedulian terhadap sesama, kesetiakawanan, tolong menolong, dan saling mengasihi.

 

Sudah beberapa hari saudara saudara kita di NTB (lombok dan Sumbawa) tertimpa musibah Gemba yg bertubi tubi. Gempa gempa susulan yg seharusnya lebih kecil ternyata malah jauh lebih besar. Mereka mengalami seperta yg kita alami th 2006. Bahkan mereka jauh lebih mencekam. Mari kita doakan agar mereka sabar, kuat dan semakin dekat kepada Allah Swt.

Adanya perintah menyembelih hewan qurban dan membagi-bagikannya kepada sesama manusia secara singkat mengandung pesan Islam yaitu :

"Anda hanya dapat dekat Allah SWT, bila anda mendekati saudara-saudara anda yang lemah dan kekurangan"
Bahkan Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Siti Aisyah Radialluannah : "Wahai Aisyah, dekatlah orang/orang yang lemah / miskin, cintai dan kasihi mereka, niscaya Allah akan dekat dengan kamu
".

 

Membagi-bagikan daging hewan qurban merupakan simbolisasi dari keharusan kita untuk selalu peduli pada sesama manusia, kapanpun dan dimanapun kita berada. Infak dan shadaqoh merupakan amal harian yang dapat dilakukan oleh setiap pribadi muslim sebagai bentuk solidaritas dan cinta kasih terhadap sesama. Dalam QS. Ali Imran : 133 Allah menegaskan ciri utama orang bertaqwa adalah “tetap peduli dan mau memberi pada orang lain, baik dikala sempit maupun lapang”.

3.     Ibadah Qurban juga mengandung pesan agar manusia setiap saat mau menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam dirinya.

Kehidupan manusia dengan segala tuntutan dan godaannya, permasalahan dan kesulitannya, kemewahan dan kesenangannya secara disadari atau tidak telah melemparkan dan menjauhkan manusia dari sifat-sifat kemanusiannya. Yang ada dalam diri manusia kadang kala bukan sifat manusia, akan tetapi sudah berganti dengan sifat-sifat binatang. Sifat-sifat binatang sering dituruti dan dilakukan manusia tersebut misalnya: sifat rakus,egois, ingin menang sendiri, memaksa, membuat onar dan kerusuhan, bersikap licik dan lain sebagainya.

Berbagai tindakan kejahatan yang dilakukan oleh rakyat biasa sampai berbagai kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha, orang kaya dan pejabat tinggi, menunjukkan bahwa banyak diantara manusia Indonesia yang lebih menuruti dan mengutamakan sifat-sifat binatang dibanding menuruti fitrahnya sebagai manusia yang baik. Allah mengingatkan kita lewat Firman-Nya : 


لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَ يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

 

"…...Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (Ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang lalai (QS. Al-A”raf : 179).

Oleh karena itu melalui semangat berqurban saya mengajak kepada saudaraku semua, apapun pekerjaannya, marilah kita sembelih sifat-sifat buruk yang ada dalam diri kita, jangan ikut bujukan syetan, tapi budayakan sifat-sifat manusiawi dan ikuti Firman Allah SWT. Insya Allah dengan cara seperti ini lingkungan kita dan Negara kita senantiasa aman dan damai serta penuh dengan semangat persaudaraan.Betapa malu dan anehnya bangsa kita ini, persoalan yang sangat sepele, malah diributkan,dan diurus sampai menghabiskan energy dan uang milyaran rupiah bahkan disiarkan langsung oleh seluruh station televise. Namun persoalan prinsip tentang banyaknya umat yg saking miskinya tdk mampu makan makanan yg bergizi,tdk mampu berobat dan bersekolah karena tidak memiliki uang, utang Negara kita yg semakin menjadi-jadi, banyak koruptor yang masih bebas berkeliaran didalam dan diluar negeri. Anehnya persoalan yang prinsip ini malah dibiarkan terjadi dan sepi dari keseriusan dalam penangananya.

 

4.     Kalau Idul Adha dikaitkan dengan Ibadah Haji, maka pesan dan hikmah penting yang kita peroleh adalah pentingnya manusia mempersiapkan diri dan mencari bekal untuk memenuhi panggilan Tuhan yang sesungguhnya yaitu kematian.

 

Ibadah haji sering diistilahkan sebagai ibadah untuk memenuhi panggilan Allah ke baitullah. Setiap jamaah Haji akan selalu mengumandangkan kalimat Talbiyah:

 

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ

 

"Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-mu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan adalah kepunyaan-Mu semata, tiada sekutu bagi-mu".

 

Hikmah Ibadah Haji yang memberi pesan agar kita mempersiapkan diri menghadap Allah / menghadapi kematian nampak pada prosesi laku ritual dari Ibadah Haji itu sendiri. Lihat dan perhatikan saudara-saudara kita yang menunaikan Ibadah Haji.

 

a.   Ketika seorang muslim akan naik haji, maka ia harus meninggalkan dan berpisah dengan orang-orang yang dicintai, berpisah dengan harta, rumah dan jabatan yang ia miliki, hal ini sama gambarannya dengan orang yang akan meningggal dunia.

b. Demikian juga dengan pakaian yang harus dikenakan oleh setiap jamaah Haji. Pakaian mereka hanyalah beberapa lembar kain putih. Persis seperti kain kafan yang menyelimuti orang mati. Tidak seperti ibadah maghdloh yang lain dimana manusia diberi keleluasaan utk memilih vareasi bentuk dan warna pakaian utk beribadah. Namun khusus pakaian ibadah haji langsung dipilihkan oleh Allah SWT namanya pakaian ihrom. Mengapa? Karena pakaian yang dikenakan manusia dengan segala simbul pangkat dan jabatanya sering menjadikan manusia lupa pada asal usul dan akhir kehidupannya. Pakaian pangkat, jabatan dan kekayaan bisa membuat seseorang bahkan lupa pada Tuhannya dan merubah sesorang bisa bersikap sombong dan aniaya pada sesama. Banyak manusia baru kaget ketiga tidak lagi memiliki pangakat, jabatan dan kekayaan dan lebih kaget lagi ketiga harus sendirian menghadapi kematian.

 

Pertanyaannya, Apakah kita sudah siap mati dan apakah kita sudah menyiapkan bekal untuk pulang mudik kekampung halaman yang tidak mungkin kembali lagi, yaitu kampung akhirat kelak? Pulang mudik ke kampung halaman di dunia saja kita tidak akan berani pulang kalau tidak punya bekal, apalagi pulang mudik ke kampung akherat dimana kita kita akan tinggal disana selama lamanya. Sudahkah kita memiliki bekal yang cukup menuju kampung akherat?

 

Oleh karena itu: 

 

1).   Marilah kita siapkan keluarga kita menjadi keluarga dakwah seperti keluarga Nabi Ibrahim AS. Siapkan anak keturunan kita menjadi penerus perjuangan Nabiyullah Ibrahim dan Rasulullah Muhammad SAW. Jangan sampai bapak ibunya paham agama tapi anak anaknya hanya paham angka angka. Jangan sampai bapak ibunya mengamalkan Al Quran dan Al Hadits tapi anak keturunannya yang diamalkan hanya sebatas koran dan hardisc. Bapak ibunya rajin ke masjid tapi anak anaknya dibiarkan rajin ke game online, dan ketika azan subuh berkumandang anak anak kita biarkan tidur pulas dengan alasan kasihan. Lalu kapan kita akan mendidik anak-anak keturunan kita mencintai Allah dan Rasulullah Muhammad SAW? Jangan sampai kita hanya menyiapkan anak anak kita sukses dunia namun gagal diakherat. Ingatlah wahai saudaraku semua akan perintah Allah SWT “wahai orang orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari bahaya api neraka” (QS At-Tahrim:6). Pesankan pada anak-anak keturunan kita ,”Anak-anakku.Silahkan kalian jadi profesional sesuai cita cita dan keinginanmu, tapi jangan pernah kalian jauh dari Allah dan Rasulullah SAW”. 

2)    Sebagai seorang Muslim marilah kita upayakan agar kesibukan kita dalam bekerja, jerih payah kita mengurusi rumah tangga, aktif kita dalam mengikuti berbagai kegiatan, jangan sampai hanya berhenti menjadi aktifitas fisik akan tetapi harus menjadi aktifitas yang bernilai ibadah, memberi hikmah dan makna hidup yang semakin positif, serta menjadikan kita sukses dunia akherat. Kita harus yakin bahwa kita tidak mungkin masuk surga bila kita hanya sibuk dengan urusan diri sendiri, tapi kita akan masuk surga bila kita bersedia sholat/beribadah karena Allah dan berkorban dengan harta dan jiwa untuk kemajuan Islam juga karena Allah. Hanya dengan cara ini Islam akan menang dan musuh musuh Islam akan berputus asa. (ingat firman Allah Swt dlm QS Al Kautsar).

 

Marilah kita mencari bekal dengan baik dan benar untuk memenuhi dan menyambut panggilan Allah SWT suatu saat nanti,

dan marilah kita akhiri ibadah Idul Adha kita di pagi ini dengan khusu' berdoa di hadapan Allah SWT.

 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, اَلأَحْيَاءُ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قََرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ, يَاقَاضِيَ الْحَاجَتِ وَيَا كَافِيَ الْمُهِمَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الَّرحِمِيْنَ, رَبَّنَا اَتِنَا فِى الُّدنْيَى حَسَنَةً وَفِىالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُلِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ

 

 

Bantul, 10 Dzulhijjah 1439 H

22 Agustus 2018 M

 

H.M. Jamaluddin Ahmad, Psikolog


Pensiunan Pamen Polri
Direktur SDI & Bindatra RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL.
Wakil Direktur SDI& Bindatra RSU PKU Cepu. 
Wakil Ketua LPCR PP muhammadiyah.

 

 

teks khusbah dalam format pdf, silahkan diunduh DISINI


Tags: KhutbahIdulAdha1439H , CINTAILAHALLAHDANSAYANGISESAMA , H.MuhammadJamaludinAhmad , Psi.

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website